Cerita oleh seorang konselor, ada kejadian seorang wanita yang menikah selama 10 tahun dan akhirnya berpisah. Kenapa? Karena selama 10 tahun itu suaminya hanya terus menyekolahkan dia dan tidak pernah menyentuhnya. Ia berpisah karena ingin memiliki keturunan. Secara pribadi saya berpikir, ada faktor kebutuhan bathin yang juga tidak terpenuhi disana.
Ia menikah lagi dan qodarullah suami keduanya juga memiliki masalah dalam urusan tersebut. Suami yg ini memilih menikahi janda karena ia mengira janda tersebut sudah berpengalaman sehingga janda itu yang akan mengajarinya dalam urusan ranjang. Janda yang masih perawan itu tentu tidak pernah punya pengalaman sehingga layaknya gadis, ia masih malu-malu dan ada sedikit rasa takut untuk melakukannya pertama kali. Pada akhirnya mereka juga ada di ambang perpisahan dan suami keduanya tidak dapat dihubungi lagi.
Setelah itulah si janda memilih untuk ke konselor untuk mengonsultasikan masalah pernikahannya.
Walaupun masalah ranjang adalah hal yang dianggap tabu, tetapi hal ini merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan rumah tangga. Hal ini pula yang mempengaruhi permasalahan untuk memiliki keturunan yang menjadi salah satu tujuan berumah tangga.
Cerita kedua adalah seorang wanita yang menikah entah sekian lama. Ia dikaruniai seorang anak. Pada akhirnya ia mengetahui bahwa suaminya memiliki pacar laki-laki. Suaminya menyukai wanita dan laki-laki. Mereka memakai baju dalam kembaran dan lain sebagainya. Wanita itu bertahan karena anaknya.
Cerita ketiga tentang seorang wanita yang pada malam pertama, suaminya masuk ke dalam kamar adik si wanita, adiknya adalah laki-laki. Seminggu kemudian, mereka bercerai.
Cerita keempat tentang seorang laki-laki yang menikah dengan seorang wanita namun si wanita selalu menghindar ketika berada di kamar. Ia selalu memakai helm untuk menutupi kepalanya. Pada akhirnya, mereka bercerai.
Manusia diciptakan dengan berbagai kondisi, bahkan masalah ketertarikan seksual pun ada berbagai kondisi. Sebagai hamba-Nya tentu langkah terbaik adalah menyikapi tanpa melanggar aturan-Nya. Laki-laki yang aseks tentu bisa mencari wanita yang aseks pula sehingga mereka bisa menjadikan tujuan menikah hanya untuk beribadah kepada-Nya walaupun ada kemungkinan tidak memiliki keturunan. Secara pribadi saya menganggap itu lebih baik karena mereka bisa mendzolimi pasangan jika memilih menikah dengan yang heteroseks. Lebih baik lagi jika mereka berusaha mengobatinya terlebih dahulu jika ingin menikah dengan yang heteroseks. Begitu pula yang biseks maupun homoseks. Tentu mereka juga tidak menginginkan hal itu terjadi dan itu adalah ujian bagi mereka.
Wallahu a'lam.
Sidoarjo, 10 Oktober 2018
Selasa, 09 Oktober 2018
Kenapa untuk menikah harus jujur dalam segala hal?
Diposting oleh DamustikaDevi di 16.28Label: khuluk, Nikah, perceraian, psikologi, Psychological, psychology, renungan, separuh agama, sharing, story, ta'aruf, taaruf, trauma, traumatic, ulasan, undefined, wedding
Subscribe to:
Postingan (Atom)