Jumat, 05 April 2019

Adab Makan dan Minum

Bismillahirrohmanirrohim.
Salah satu ikhtiar mencatat selama pengajian, sebagai manusia penuh kekurangan sehingga mohon maaf jika ada yang dirasa kurang dari resume ini. Semoga bermanfaat.

"Adab Makan dan Minum"
Kajian Khusus Muslimah
Ust. M. Sholeh Drehem Lc.
Sabtu, 6 April 2019
Ruang Darussalam Masjid Al Falah
Tema: Adab/Akhlak

Makan dan minum selalu ada dalam kehidupan kita. Makan merupakan salah satu hal yang Alloh SWT perintahkan dalam Al Qur'an. Makan juga merupakan salah satu pembeda manusia dengan malaikat. Manusia perlu makan dan dengan makan ini manusia bisa mengantuk maupun semangat.

Ulama menulis tentang adab makan dan minum. Makan ini ketika dilakukan salah dapat menyebabkan sakitnya/rusaknya hati (qalb).

Empat hal yang bisa merusak hati:
-banyak bicara
-mengumbar pandangan
-berlebih-lebihan dalam makan
-salah memilih sahabat

*Al Baqarah:168
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
168. Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.

Ini merupakan batasan minimal dalam adab makan muslim: halal dan thoyib

~Halal dilihat dari dua hal, yang pertama adalah kejelasan kehalalan zatnya/barangnya. Kalau saat ini paling mudah dengan melihat sertifikat halalnya.

Ketika ada ketidakhati-hatian dalam masalah makan ini, saat zatnya ada syubhat dan yang haram, bisa menyebabkan terganggunya ibadah kita kepada Alloh SWT.

Kehalalan yang kedua adalah halal dari cara mendapatkannya. Ketika mengambil barang atau haknya orang tanpa keikhlasan orangnya akan mempengaruhi kehalalan makanan kita. Cara kita mendapatkan uang yang kita gunakan untuk membeli makanan ini juga mempengaruhi kehalalan makanan kita. Uang yang digunakan harus yakin kita dapatkan dengan cara yang halal.

Daging yang tumbuh dari makanan yang haram ini tidak akan membuat kita tenang dalam beribadah.

~Thoyyib yang berarti baik yang dapat dilihat dari alat yang digunakan. Alat yang digunakan harus dipastikan thoyyib, sehat untuk kita gunakan. Makanan juga harus sehat dan bersih.

Thoyyib ini relatif. Thoyyib bagi seseorang belum tentu baik bagi orang lain, baik dari porsi maupun kondisi tubuh satu orang dengan orang lainnya. Dari ketidak thoyyib an ini bisa berpengaruh pada ibadah kita. Jika tidak thoyyib akan berpengaruh pada kesehatan tubuh kita dan berpengaruh pada kekuatan tubuh kita untuk beribadah.

Sakit ini juga akan dihisab oleh Alloh SWT. Sakit ini karena sunatullah atau karena seorang hamba tidak menjaga kesehatan dirinya.

Halal dan thoyyib ini harus ada dua-duanya dan tidak bisa hanya ada salah satu. Halal tapi tidak thoyyib, thoyyib tapi tidak halal, keduanya juga termasuk jebakan syaiton.

*Al Baqarah: 172
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُلُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقْنَٰكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
172. Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.

Disini untuk orang yang beriman kepada-Nya. Selain makan dari rezeki yang baik jangan lupa untuk bersyukur kepada Alloh SWT. Makan adalah sarana untuk menguatkan iman kita.

Berbagai makanan tumbuh ditempat yang jauh dan mengalami proses yang banyak hingga sampai kepada kita untuk menjadi makanan yang bisa kita makan. Mulut kita bisa mengunyah dengan nyaman tanpa sariawan dan pencernaan kita baik tentu semua harus kita syukuri.

Bersyukur ada 3 makna
-Bersyukur dengan hati: adanya pengakuan dari hati bahwa segala nikmat yang ada datang dari Alloh SWT. Lalu berniat dalam hati untuk meningkatkan ibadah kepada Alloh SWT dengan memakan makanan itu.
-Bersyukur dengan lisan: mengucapkan alhamdulillah dan tidak memakan makanan tersebut sendirian yaitu dengan berbagi.
-Bersyukur dengan amal perbuatan/tindakan: semakin banyak kita makan semakin banyak ibadah kita dan semangat untuk berkontribusi dalam kebaikan.


*Al Maidah: 88
وَكُلُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ حَلَٰلًا طَيِّبًا ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِىٓ أَنتُم بِهِۦ مُؤْمِنُون
88. Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.

Jangan lupa meningkatkan ketakwaan kepada Alloh SWT. Semakin banyak makan semakin baik ibadah kita, sholat kita, semangat menuntut ilmu, dsb.

*Al An'am: 121
وَلَا تَأْكُلُوا۟ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ ٱسْمُ ٱللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُۥ لَفِسْقٌ ۗ وَإِنَّ ٱلشَّيَٰطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰٓ أَوْلِيَآئِهِمْ لِيُجَٰدِلُوكُمْ ۖ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُون
121. Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang (ketika disembelih) tidak disebut nama Allah, perbuatan itu benar-benar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan-setan akan membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu. Dan jika kamu menuruti mereka, tentu kamu telah menjadi orang musyrik.

Jika cara menyembelihnya benar maka rasa dagingnya akan enak. Jika seseorang suka makan yang syubhat ada kecenderungan orang menjadi senang berdebat.

*Al A'raf: 31
يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ
31. Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.

Pakai pakaian yang baik untuk masuk ke rumah Alloh SWT, boleh makan dan minum namun tidak boleh berlebih-lebihan seperti mengotori masjid dan makan dengan porsi yang terlalu banyak hingga bersisa, dll.

Jangan merasa enteng memberi kepada tetangga walaupun hanya dengan makanan atau benda yang terlihat sepele.

Kesimpulannya dalam makan dan minum harus memperhatikan:
-Halal dan Thoyyib (Al Baqarah:168)
-Bersyukur (Al Baqarah: 172)
-Bertakwa (Al Maidah: 88)
-Menyembelih dengan cara yang benar dan baik (Al An'am: 121)
-Tidak berlebih-lebihan (Al A'raf: 31)

Pertanyaan:
1. Jika ada makanan yang syubhat dan tidak halal untuk kita bagaimana misalkan mendapat dari parsel?
Berikan ke yang non muslim, yang makanan itu tidak dilarang untuk mereka makan.

2. Jika mendapat makanan atau rezeki dari orang yang bekerja di tempat yang kita ada syubhat?
Berikan ke yang benar-benar membutuhkan tanpa bercerita ke orang tersebut.

3. Membeli online bagaimana?
Jika ragu-ragu maka jangan beli namun jika tidak ragu-ragu tidak apa-apa beli.

4. Kita diberi makanan, halal secara fisik namun setelah itu kita tau kalau caranya tidak baik, bagaimana cara membersihkannya?
Berinfaq sebanyak yang kita makan, kalau bisa dilebihkan.

5. Kalau di swalayan yang ada jual minuman keras dan babi, bagaimana?
Ada niat untuk keluar namun carilah kerja yang lain dulu, setelah mendapat kerja di tempat lain, segeralah keluar.

6. Membeli di pasar yang sudah ditanyakan cara menyembelih halal? Utamakan membelanjakan di pedagang yang kita ketahui muslim, insyaa Alloh lebih berkah

Kamis, 04 April 2019

Kita tidak Mengetahui Keimanan Seseorang

Ada sharing yang begitu bagus yang saya dapat di grup WhatsApp dengan judul: Ketika Perempuan (Paling) Shalihah Berkeluh Kesah oleh Ibu Yunda Fitrian yang ingin saya bagikan.

Ketika Perempuan (Paling) Shalihah Berkeluh Kesah

"Ah, emak-emak depresi itu kurang iman aja!"

Kadang ada orang yang menganggap depresi atau stres tingkat tinggi itu karena kurang iman. Kurang ibadah. Kurang ngaji.

Saya tidak punya cukup ilmu untuk menilai. Tapi saya ingin berbagi sesuatu yang saya dapat setelah merenungkan kisah seorang perempuan penghulu surga.

Perempuan terbaik, paling shalihah di zamannya; Maryam binti Imran. Bunda dari Nabi Isa Alayhissalam.

Alquran mengabadikan ucapan Maryam saat hendak melahirkan Isa alayhissalam. Sebuah kalimat yang menyiratkan beban mental begitu berat.

Sebuah kalimat yang menurut saya, terlalu tabu untuk diucapkan. Apalagi oleh seorang perempuan yang menjadi pemimpin perempuan surga. Kalimat yang mungkin kalau diucapkan di hadapan emak yang gak empati, responnya persis sama dengan kalimat yang saya tulis di awal tadi :D

Allah mengabadikan ucapan curhat Maryam itu dalam Alquran. Ucapan yang memang hanya Maryam ucapkan dalam kesendirian, bukan di hadapan kaumnya apalagi di medsos yak. Ucapan tersebut tertulis dalam surat Maryam ayat 22-23.

"Dan kisahkanlah di dalam Kitab (Al-Qur’an) tentang Maryam, ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Rasa sakit hendak melahirkan membawanya pada pohon kurma, ia berkata: “Oh, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tak berarti dan dilupakan.”".

Saya membayangkan duka hati Maryam. Seorang gadis yang beribadah siang dan malam di Baitul Maqdis. Semua orang hanya mengenalnya sebagai seorang perempuan shalihah.

Lalu tiba-tiba ia hamil tanpa suami? Apa kata dunia??

Maryam tahu tak akan ada yang percaya. Hanya Zakariya dan istrinya, yang yakin akan kebenaran cerita Maryam.

Setegar-tegarnya Maryam, setinggi-tingginya iman Maryam, gadis itu tetap hancur hatinya mendengar omongan orang.

Itu Maryam, perempuan paling shalihah pada zamannya. Paling banyak zikirnya. Paling bagus ngajinya. Paling tebal imannya. Jangan ditanya ibadahnya.

Bisa-bisanya perempuan seshalihah itu akhirnya berkeluh kesah? Bahkan sampai berucap mengharap kematian?Hanya karena omongan orang?

Betapa begitu besarnya pengaruh kalimat tuduhan, nyinyiran, dan penghakiman terhadap batin seorang Maryam.

Maryam sang manusia pilihan masih bisa merasakan sakit hati, pilu terhadap pandangan orang.

Bahkan sampai berandai mati saja. Dilupakan orang. Dianggap tak pernah ada. Daripada harus menghadapi dunia yang tak berpihak padanya.

Di situlah saya tersadar. Maryam, perempuan shalihah yang imannya tak mungkin diragukan itu, hanya manusia biasa.

Manusia, diciptakan Allah dengan fitrah rasa. Punya emosi dalam jiwa. Keberadaan iman tidak meniadakan gejolak emosi manusia. Melainkan mengarahkannya untuk mengelola segala rasa dalam taat padaNya. Tapi sekali lagi, bukan menghilangkan semua emosinya. Inilah bedanya manusia dengan malaikat.

Butuh waktu bagi manusia untuk mengelola emosi jiwa dan buncahan rasa.   Ada proses yang perlu dilewati, bukan dalam sekejap mata.

Ah, entah mengapa setelah membaca  kisah Maryam, saya tak sampai hati menyimpulkan perempuan yang depresi itu kurang iman.

Justru bisa jadi episode depresi yang mereka alami, adalah cara Allah menaikkan mereka ke derajat yang lebih tinggi. Atas jihad mereka mengelola hati.

Siapa tahu, sakit hati yang mereka rasa, adalah jalan menuju surga. Sebab gugurnya dosa. Sebab pahala atas lelah jiwa.

Jangan-jangan saya yang ujiannya biasa-biasa saja, sedang jalan di tempat belok kiri dikit masuk neraka, hiks naudzubillahimindzalik..

Kembali ke kisah Maryam. Setelah curhatan duka tersebut, Allah pun langsung meresponnya.

Ternyata bukan dengan menghardik Maryam karena ia mengeluh berandai mati saja. Allah tidak bilang, "Eh Maryam, gak boleh ngomong gitu! Mana iman kamu?!".

Tidak.

Allah Maha tahu, manusia yang ia ciptakan sedang berada di titik terendah dalam hidupnya. Sedang kalut dengan emosi yang mengaduk jiwa.

Allah Maha tahu, yang dibutuhkan Maryam saat itu bukan omelan.  Bukan nasihat. Tapi dukungan. Ketenangan.

Apa yang Allah lakukan?

Surat Maryam ayat selanjutnya, 24-26.


"Kemudian Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyang-goyangkanlah pelepah pohon kurma itu ke arahmu niscaya akan gugur buah-buah kurma yang telah masak itu kepadamu. Maka makanlah dan minumlah, dan senangkanlah hatimu. Jika kamu melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar kepada Yang Maha Pengasih untuk berpuasa, maka aku takkan berbicara kepada seseorang pun pada hari ini.”"

Allah mengutus 'konselor' berupa malaikat Jibril untuk memandu Maryam. Menghalau kesedihan dan menuntunnya fokus pada kekuatan yang masih ia miliki.  Perintah untuk menggoyang pelepah pohon kurma untuk menjatuhkan kurma matang adalah cara Allah membuat Maryam percaya dirinya masih punya daya.

Selanjutnya Maryam diminta makan dan minum, serta menyenangkan hatinya. Menurut saya, ini solusi yang sangat manusiawi!

Maryam yang sedang tenggelam dalam rasa sakit karena melahirkan, emosi sedih membayangkan tudingan kaumnya, diberikan kesempatan untuk makan dan minum. Setelah  terselesaikan  kebutuhan  pokoknya  tersebut, barulah  Allah menyuruh Maryam menyenangkan hatinya.

Selama Maryam menata hati, Allah beri ia kesempatan untuk menenangkan diri, memenangkan pertempuran batinnya dengan berpuasa. Maryam diperintahkan untuk berpuasa dan tidak berbicara. Tidak membantah apapun komentar negatif kaumnya.

Masya Allah.

Membaca kisah ini sungguh membuat saya merasakan kasih sayang Allah. Bahwa Dia tak pernah meninggalkan hambaNya. Tidak pernah membebani di luar batas kemampuan hamba Nya. Bahwa Allah sangat memanusiakan manusia.

Bahwa ungkapan kesedihan, merasa tak ada harapan, bukanlah pertanda hilang iman. Melainkan pertanda bahwa yang mengucapkannya hanyalah manusia. Ciptaan Allah yang dibekali fitrah rasa. Makhluk yang membutuhkan perlindungan Robb-nya.

Maka jika ada emak yang curhat kelelahan, sedih, sampai punya keinginan menyakiti diri sendiri atau anaknya, jangan buru-buru menghakiminya kurang iman.

Ajaklah ia duduk nyaman, fokus pada kekuatan yang masih dimilikinya. Bawakan makan, minum, dan senangkan dulu hatinya. Baru bantu ia menata emosinya.

Jika sang emak curhatnya di medsos, gak usah nimbrung komentar nyinyir. Cukup diinbox, diwapri, diajak ngobrol personal aja. Kalau benar-benar peduli dan sayang padanya.

Sebab kita tak pernah tahu, Allah mungkin sedang menaruh perhatian padanya. Sedang mengamati siapa yang akan ikut dapat pahala dalam skenario ujian seorang hamba. Siapa yang ikut menolong dengan tulus dan siapa yang hanya ikut menjatuhkan sesama.

Wallahu a'lam bishshawab. Semoga Allah kuatkan semua ibu yang sedang berada di titik terendah dalam hidupnya. Makan, minum, dan bersenang hatilah, Bunda. Sebab Allah sedang membukakan jalan menuju surga. InsyaAllah.

*Yunda Fitrian, Sahabat Ibu Berdaya*