Jumat, 06 April 2012

Mimpiku Mimpimu Mimpinya

Setiap mimpi itu berkaitan, mimpi seseorang menentukan mimpi-mimpi orang lain.

Terlintas begitu saja di dalam kepala yang masih belum terisi penuh ini.
27 Maret 2012 dalam keheningan dan kebimbangan
sudah dua hari sejak hari itu, suatu proses untuk perjalanan menuju persaingan ratusan anak itu kutinggalkan

25 Maret 2012, Mungkin ini hari terakhirku mengerjakan lembaran ini, akan ku lakukan dengan sungguh-sungguh. Senyum tipis di sudut bibirku. Malam hari telepon berdering, entah mengapa semua terasa kacau, keluar dari jalur, tak terkendali, jauh diluar rancangan bahkan rancangan yang pernah ia katakan sebelumnya. Aku memilih karenanya, bahkan setiap hal yang ku pilih, hanya berharap sesuai dengan keinginannya. Pergulatan mimpi-mimpi itu mengaduk-aduk pikiranku. Well, ini yang aku pilih, dengan menekan semua yang ku inginkan. Menetes. Air mata ini... kenapa aku begitu lemah. Apa susahnya, toh hidup bukan sepenuhnya milik dan untuk kita.

28 Maret 2012 Pengumuman hari ini, yang seharusnya membawa senyum ke setiap relung hati mereka yang terpilih, menggores sesuatu di dalam tubuhku. Ah, senyum pengganti ayah di sekolah, semakin membuatku berat. Setiap kata yang ia lontarkan berisi semangat dan rasa optimis, senyumnya yang mengembang, mimpinya, dia mengorbankan banyak hal, yang mungkin tak mampu terbayang di kepala yang belum penuh ini.
Hingga tengah hari, aku tak tahu mimpiku apa. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan.
"Apa yang kamu suka" jawaban dari pertanyaanku pada senior. Ini bukan tentang apa yang aku suka, tapi tentang mimpi-mimpi empat orang yang sama pentingnya. Mimpiku, mimpinya, mimpi beliau dan beliau. Mungkin mimpi-mimpi itu berkaitan dengan mimpi lain dan membentuk semacam jaring besar. Dan aku adalah jaring penghubung, penentu bentuk sarang di saat itu. Bukan. Bukan aku.

Allah Sebaik-baiknya Penentu.
Apapun yang terjadi, sudah terjadi dan akan terjadi. Mimpi-mimpi itu akan seperti apa.

5 April 2012 Seseorang bertanya padaku tentang, mungkin mimpinya, mungkin mimpi orang lain yang ia emban. Di akhir perbincangan terlontar sebuah celetukan pertanyaan "Ada nggak ya pekerjaan yang tanpa resiko?"
Aku menggeleng, gerak refleks. "Semua pekerjaan ada resikonya" dan aku tersenyum.

Apapun yang kau pilih, itu akan membantu membentuk jaring raksasa yang akan indah pada waktunya.

Terima kasih untuk semua yang terlibat dalam pengambilan keputusanku. :)
Terima kasih atas semua kebijaksanaan dan semua saran

0 komentar:

Posting Komentar