Sabtu, 29 Juli 2017

Pil KB, Kanker, Ujian Hidup dan Hikmah

Hari ini (30 Juli 2017) aku bertemu seorang ibu guru sd di pesawat. Beliau mengenakan baju putih dengan blazer cerah. Beliau menyapaku dan berkenalan denganku.

Beliau bernama ibu S, dan baru saja selesai menjalani proses kemo yang ke 6 setelah pengangkatan payudara.
Beliau menceritakan bahwa sekitar 5 tahun yang lalu beliau mengetahui ada benjolan di payudaranya. Beliau tidak terlalu memperhatikan karena saat itu ibu beliau baru saja meninggal dan setelah dites, hasil benjolan itu negatif. Setiap dipantau hasilnya menunjukkan negatif tetapi pemantauan terakhir menunjukkan ada tanda-tanda ke arah positif. Pada akhirnya beliau memilih untuk operasi pengangkatan payudara.

Beliau memberikan nasihat bahwa wanita yang sudah berumah tangga harus hati-hati dalam mengkonsumsi obat kb. Pil kb tidak boleh terus-menerus diminum, apalagi jika efeknya menjadi tidak mens. Hal itu mengingatkanku pada budhe yang juga terkena kanker, tapi kanker leher rahim. Saat itu budhe mengonsumsi pil kb untuk jangka waktu yang lama karena tidak ingin menggunakan suntik kb. Pada akhirnya kita terlambat dan hanya bisa mengikhlaskan budhe untuk mendahului kami.

Beliau juga bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, memperbagus ibadah, lebih sering ikut pengajian, dan lebih banyak berbagi. Banyak kejadian dalam hidup penuh dengan hikmah sehingga jika diberikan ujian hidup kita harus yakin ada hikmahnya dan akan diberikan yang lebih baik bahkan terbaik dengan catatan kita juga berusaha memperbaiki diri dan percaya pada Alloh SWT.

Ibu S sudah memiliki anak-anak dan bahkan cucu-cucu. Beliau ke Jogja untuk menghadiri aqiqah cucunya yang baru berusia 1 bulan lebih. Suaminya merupakan pensiunan BUMN dan sekarang kembali ke sawah. Beliau bercerita tentang masalah rumah tangga dan pada intinya lebih utama bisa berkumpul dengan keluarga dan anak-anak dari pada mempertahankan karir yang menjauhkan diri dari keluarga, kecuali jika memang tidak ada pilihan lain.

Lalu cerita berganti dengan adik beliau yang menikah dan memiliki dua orang anak. Suaminya bertugas di luar kota dan tergoda oleh perempuan lain. Suaminya tidak memberikan nafkah dan berujung pada adiknya yang pulang membawa kedua anaknya. Beliau masih muda dan anaknya masih kecil-kecil saat itu dan diambil (diasuh) oleh saudara ibu S yang tidak dianugerahi keturunan.

Ada lagi cerita tentang teman ibu S yang menikah dan mengandung. Pada saat kandungannya berusia 3 bulan, suaminya meninggal dunia. Wanita itu membesarkan anaknya hingga setelah 4 tahun ditinggal suaminya, ia bertemu dengan teman lamanya. Teman lamanya itu ternyata memendam perasaan pada wanita itu dan selama ini belum menikah. Jodoh memang tidak akan kemana dan akhirnya mereka menikah.

Beliau bercerita banyak hal lain dan aku pun bercerita banyak hal. Beliau mendo'akan kebaikan untukku dan aku pun sebaliknya. Aku pun meminta nomor beliau dan berencana untuk segera mengabarinya jika kontaknya sudah muncul di WA.

Alhamdulillahilladzi bi nikmatihi tatimmus sholihat. Alloh SWT Mempertemukanku dengan banyak orang, pasti untuk kebaikanku. Bukan hanya ibu S, masih ada Bapak F yang mengantarkanku dari bandara sampai ke rumah. Bapak F adalah seorang supir yang sedang berjuang keras untuk keluarganya. Semoga rejeki beliau dimudahkan.

Kehidupan memang tidak selalu mulus tetapi insyaa Alloh akan ada kebaikan pada ujungnya jika kita berusaha dan berdoa, dan yang paling penting adalah percaya pada-Nya 😊

0 komentar:

Posting Komentar