Senin, 04 Desember 2017

Kajian Fiqh Wanita: Keutamaan Orang yang Ditinggal Meninggal oleh Dua Orang Anaknya yang Belum Baligh

Dalam kitab:
Kitab Ahkamun Nisaa, Musthofa Al-Adawi

Pemateri: Ustadzah Mimi Rahmasari, Lc (Dosen UIN, Pengajar Ma'had Ali)

KRPH (khusus muslimah)
Waktu: 06.30-selesai
Tempat: Masjid Mardliyyah UGM, Selatan RSUP Dr.Sardjito
https://goo.gl/maps/rae2SMqpFnA2

Keutamaan Perempuan yang Sabar dan Mengharapkan Pahala dari Alloh SWT atas Kematian Dua Anaknya

Melahirkan anak itu berat dan wanita pasti merasa pedih ketika anak itu meninggal dunia.

Dari Abu Said al Khudriy berkata,”Seorang wanita pernah menemui Rasulullah saw dan berkata,’Wahai Rasulullah saw kaum lelaki mendapatkan (pelajaran) haditsmu maka jadikanlah satu harimu untuk kami bisa mendatangimu dan belajar kepadamu dari apa-apa yang telah Allah ajarkan kepadamu. Nabi bersabda,”Berkumpullah kalian pada hari ini dan itu.’

Para wanita kemudian berkumpul dan Nabi saw pun mendatangi mereka dan mengajarkan apa-apa yang diajarkan Allah kepadanya saw kemudian beliau saw bersabda,”Tidaklah seorang wanita diantara kalian yang telah memberikan tiga anaknya (meninggal) kecuali mereka semua akan menjadi penghalang baginya dari neraka.’ Lalu seorang wanita berkata,’Bagaimana dengan dua orang anak.?’ Nabi bersabda,’Termasuk juga dua orang anak.” (HR Bukhori)

Dari Anas berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Tidaklah seorang muslim ditinggal mati tiga orang anaknya yang belum baligh kecuali Allah akan memasukkannya kedalam surga dikarenakan kasih sayang Allah SWT kepada mereka.” (HR Bukhori)

Dari Abu Hurairoh berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Allah swt berfirman,’Tidaklah seorang hamba-Ku yang mukmin (beriman) mendapatkan suatu pahala apabila Aku genggam orang yang dikasihinya dari penduduk dunia kemudian dia rela (sabar) dengannya kecuali dia (akan mendapatkan surga).” (HR. Bukhori)

Dari Usamah bin Zaid r.a., katanya: "Puteri Nabi saw. mengirim seorang utusan kepada beliau, mengatakan : "Anak ku meninggal dunia, kerana itu sudilah Baginda datang." Nabi saw. mengirimkan salam kepada puterinya dan bersabda: "Inna lillaahi maa akhadza, walahuu maa a'tha, wa kullun 'indahu bi ajalin musamma, fal tashbir wal tahtasib. " "Sesungguhnya apa yang diambil dan diberikan Allah, semuanya milik Allah belaka. Segala-galanya (di dunia ini), masing-masing telah mempunyai ajal di sisi Allah. kerana itu sabar dan berserah dirilah. "Kemudian puteri beliau mengirim utusan kembali, meminta dengan nama Allah (dengan sumpah) supaya ayahanda datang. Nabi saw. datang beserta Saad bin Ubadah, Muadz bin Jabal, Ubay bin Kaab, Zaid bin Tsabit dan beberapa orang sahabat lainnya. Setibanya Rasulullah saw., mayat itu dibawa ke hadapan beliau. Tubuhnya kelihatan kurus kering. Kata Usamah. "Saya kira beliau seolah-olah berkata: mayat itu seperti girbah. Lalu air mata Nabi saw. mengalir." Saad bertanya, "Apakah ini ya, Rasulullah'!" Jawab beliau, "Inilah kasih mesra yang ditanamkan Allah di hati para hambaNya. Sesungguhnya Allah mengasihi para hamba-Nya yang pengasih."

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’

Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.’ Rasulullah bersabda,
‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhori I/430 no.1223, Muslim II/637 no.926 dan Abu Daud II/210 no.3124)

Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah r.a. dia berkata : “Pernah isteri-isteri Nabi SAW berkumpul di tempat Nabi SAW. Lalu datang Fatimah r.a. sambil berjalan, sedang jalannya mirip dengan jalan Rasulullah SAW. Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau menyambutnya seraya berkata :”Selamat datang, puteriku.”  Kemudian beliau mendudukkannya di sebelah kanan atau kirinya. Lalu dia berbisik kepadanya. Maka Fatimah menangis dengan suara keras. Ketika melihat kesedihannya, Nabi SAW berbisik kepadanya untuk kedua kalinya, maka Fatimah tersenyum. Setelah itu aku berkata kepada Fatimah :Rasulullah SAW telah berbisik kepadamu secara khusus di antara isteri-isterinya, kemudian engkau menangis!” Ketika Nabi Saw. pergi, aku bertanya kepadanya :”Apa yang dikatakan Rasulullah Saw. kepadamu ?” Fatimah menjawab :”Aku tidak akan menyiarkan rahasia Rasul Allah Saw.” Aisyah berkata :”Ketika Rasulullah Saw. wafat, aku berkata kepadanya :”Aku mohon kepadamu demi hakku yang ada padamu, ceritakanlah kepadaku apa yang dikatakan Rasulullah Saw. kepadamu itu ?” Fatimah pun menjawab :”Adapun sekarang, maka baiklah. Ketika berbisik pertama kali kepadaku, beliau mengabarkan kepadaku bahwa Jibril biasanya memeriksa bacaannya terhadap Al Qur'an sekali dalam setahun, dan sekarang dia memerika bacaannya dua kali. Maka, kulihat ajalku sudah dekat. Takutlah kepada Allah dan sabarlah. Aku adalah sebaik-baik orang yang mendahuluimu.” Fatimah berkata :”Maka aku pun menangis sebagaimana yang engkau lihat itu. Ketika melihat kesedihanku, beliau berbisik lagi kepadaku, dan berkata :”Wahai, Fatimah, tidakkah engkau senang menjadi pemimpin wanita-wanita kaum Mukmin atau ummat ini ?” Fatimah berkata : “Maka aku pun tertawa seperti yang engkau lihat.”

Ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa pada bisikan kedua itu Rasulullah SAW mengabarkan bahwa tidak lama lagi Fatimah juga akan menyusul bapaknya sehingga Fatimah r.a. tersenyum.

Wajar ketika seseorang bersedih karena ditinggal anaknya, maka kita perlu menghibur mereka. Mereka bersabar dan tidak meratapi hal itu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Ada empat hal di tengah umatku dari perkara jahiliyah, mereka sulit untuk meninggalkannya; berbangga dengan kedudukan, mencela keturunan, minta hujan dengan perantara bintang-bintang, dan orang yang meratapi”. (HR Muslim)

Salah satu balasan bagi yang meratapi mayat adalah pakaian khusus, ada yang mengatakan dari api berkobar dan ada yang mengatakan pakaian berpenyakit.

Hal ini dibahas cukup lengkap pada
https://asysyariah.com/wanita-yang-meratapi-mayat/

Tanya jawab:
Ketika ditinggalkan anaknya tetapi tidak bersabar bahkan gila, bagaimana?
Kita harus menghiburnya

Batas meratapi itu seperti apa?
Meratapi itu menangis seolah-olah tidak terima atas musibah tersebut hingga terkadang ada ucapan-ucapan seperti bagaimana hidup tanpa dia, dsb.

Menerima tetapi setiap momen teringat hal itu dan sedih bagaimana?
Tidak apa-apa, yang tidak boleh adalah meratapi hingga kadang ada yang memukul-mukul kepala, dsb.
Rasulullah SAW pun juga bersedih tetapi tidak meratapi ketika ditinggal Khadijah r.a ataupun anaknya, Ibrahim putra Maria Al Qibtiyyah.

Jika satu orang anak yang belum baligh bagaimana?
Dalam hadist dua, jika satu wallahu a'lam tapi insyaa Alloh akan ada balasan ketika bersabar. Jika keguguran? Kalau sudah bernyawa iya tapi kalau belum tidak.
===================
๐Ÿ–ฅ Fanpage FB : Masjid Mardliyyah UGM
๐Ÿ“ท IG : mmardliyyahugm
๐Ÿ“ฒ Line : @nsb2585g
๐ŸŽ™telegram : mmardliyyahugm
๐Ÿ“ž WA : 081225334282

0 komentar:

Posting Komentar