hasil main-main dengan corel... :-D
Selasa, 28 Januari 2014
Kamis, 02 Januari 2014
Termokimia
Diposting oleh Venus di 10.02
Analisis
Percobaan Termokimia
Suhu
awal dan suhu akhir setiap kelompok berbeda karena
1. Perbedaan
takaran bahan yang digunakan tiap-tiap kelompok. Karena setiap kelompok hanya
mengira-ngira jumlah bahan yang digunakan.
2. Suhu
awal thermometer yang digunakan tidak standart / tidak sama.
3. Perbedaan
suhu tubuh siswa dan cara memegang tabung reaksi atau gelas Erlenmeyer. Karena
ada kemungkinan suhu tubuh ikut berperan dalam proses reaksi endoterm dan
eksoterm melalui tabung reaksi atau gelas Erlenmeyer yang dipegang siswa.
Reaksi-reaksi
yang terjadi:
Percobaan
1 : larutan gamping (CaCO3)
Alat :
-tabung reaksi
-termometer
Bahan :
-aquades
-gamping
-korek api
Hasil : -suhu awal larutan gamping 26,5 °C, tabung
reaksi terasa hangat, muncul gas.
-asap dari korek api yang berwarna putih
masuk ke dalam tabung sampai dasar tabung, setelah itu muncul endapan di dasar tabung, larutan menjadi berwarna
bening.
- suhu akhir larutan 27,5 °C dan gas di atas
larutan 28 °C
Reaksi
yang terjadi:
1.
Reaksi endoterm, karena suhu akhir larutan lebih tinggi dari pada suhu awal.
Dilihat dari hal itu berarti terjadi penyerapan panas pada sistem.
2.
Ada perubahan suhu yang terjadi pada larutan gamping.
3.
Muncul gas pada campuran gamping dan aquades.
4.
Muncul endapan pada dasar tabung
5.Terjadi
perubahan warna dari larutan keruh menjadi bening.
Percobaan
2 : larutan HCl dan logam Mg
Alat :
-tabung reaksi
-termometer
Bahan : -larutan
HCl
-logam Mg dipilin
-korek api
Hasil : -suhu awal HCl 27 °C
-muncul gas, sehingga
air terlihat berwarna putih setelah logam Mg yang terpilin dimasukan ke larutan.
Selain itu muncul asap putih dan tabung bagian bawah terasa hangat.
-api di korek langsung mati setelah
didekatkan pada ujung atas tabung dan menimbulkan suara letupan.
-logam Mg yang awalnya memiliki
goresan-goresan hitam menjadi berwarna silver.
-suhu akhir larutan 41 °C
Reaksi
yang terjadi:
1. Reaksi
endoterm, karena suhu akhir larutan lebih tinggi dari pada suhu awal. Dilihat
dari hal itu berarti terjadi penyerapan panas pada sistem.
2. Muncul
gas pada larutan sehingga air terlihat berwarna putih.
3. Muncul
asap putih pada permukaan campuran larutan HCl dan logam Mg.
4. Ada
perubahan suhu yang terjadi pada larutan.
5. Api
mati dan muncul suara letupan.
6. Terjadi
perubahan warna dari logam Mg.
Percobaan
3 : Soda kue dan asam sitrat
Alat : -tabung
erlenmeyer
-termometer
-balon
Bahan : -aquades
50 ml
-soda kue
-asam sitrat
Hasil : -suhu awal aquades 50 ml dicampur soda kue
24,5 °C
-setelah dicampur asam
sitrat, muncul gas dari butir-butir asam sitrat yang menyebabkan balon
menggelembung.
-suhu akhir larutan 23,5 °C
Reaksi
yang terjadi:
1. Reaksi
eksoterm, karena suhu akhir larutan lebih rendah dari pada suhu awal. Dilihat
dari hal itu berarti terjadi pelepasan panas pada sistem.
2. Muncul
gas pada larutan sehingga balon menggelembung.
3. Ada
perubahan suhu yang terjadi pada larutan.
Kemungkinan
yang terjadi mengapa gamping (CaCO3) yang digunakan bisa mati atau
tidak menyala lagi karena:
1. Sebelum
digunakan, gamping sudah bereaksi dengan zat-zat tertentu, contohnya terkena
air.
2. Ada
kesalahan saat proses produksi gamping di pabrik.
3. Siswa
salah mengambil gamping yang belum dibakar karena gamping harus dibakar sebelum
digunakan.
Kemungkinan
yang terjadi mengapa suhu kelompok satu dan dua pada percobaan cuka dan soda
kue berbeda antara lain karena:
1. Ada
urutan langkah-langkah percobaan yang berbeda.
2. Ada
zat atau bahan lain yang tercampur di salah satu kelompok.
3. Kesalahan
pembacaan suhu pada thermometer yang digunakan.
iodometri
Diposting oleh Venus di 09.58
IODOMETRI
A. Eksperimen : Menentukan kadar NaClO dalam
pemutih.
B. Tujuan : Menentukan kadar NaClO
dalam cairan pemutih (Bayclin)
C. Dasar Teori :
Ion
hipoklorit dalam cairan pemutih dapat mengoksidasi iodida menjadi I2,
banyaknya I2 yang dihasilkan ditentukan dengan menitrasi larutan
tersebut dengan larutan standar Na2S2O3. Pada
titrasi ini digunakan indicator amilum yang berwarna biru dalam larutan I2.
Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna biru dari amilum.
Rumus untuk
menentukan massa jenis adalah
ρ =m/V
ρ =m/V
dengan
ρ adalah
massa jenis,
V adalah volume.
D. Alat dan Bahan :
- Pipet gondok - Statif dan klem - Timbangan - larutan Na2S2O3
0,1 M
- pipet tetes - Buret - Bayclin - Indikator amilum
- pipet volumetrik - Labu Erlenmeyer -
larutan KI 0,5 M
- Gelas ukur - Labu takar - Aquades
- Corong - Gelas kimia - larutan H2SO4 2
M
E. Urutan Kegiatan :
1. Menentukan
Densitas Bayclin
a. Menimbang
labu takar dalam keadaan kosong (tanpa tutup)
b. Mengisi
labu takar sebanyak 100 ml bayclin lalu ditimbang.
c. Mencatat
data dan menghitung berat bayclin.
d. Menghitung
masa
jenis bayclin.
2. Memasang
Buret
a.
Memasang
buret pada statifnya,mencuci dengan larutan pencuci kemudian bilaslah dengan
aquades dan selanjutnya larutan Na2S2O3.
b.
Memasukkan larutan standar Na2S2O3
0,1 M ke dalam buret di atas 35 ml.
3. Mengencerkan
a. Menuang
bayclin ke dalam gelas kimia agar lebih mudah diambil sesuai ukuran.
b. Menyedot
5 ml bayclin dengan menggunakan pipet volumetric.
c. Memasukkan
5 ml bayclin ke dalam labu takar lalu menambahkan aquades hingga volumenya
menjadi 100 ml.
d. Menyedot
10 ml larutan bayclin yang sudah dibuat dengan pipet volumetric lalu
memasukkannya ke dalam labu takar hingga 100 ml.
e. Menyedot
10 ml larutan bayclin terakhir dengan pipet gondok dan memasukkannya ke dalam
labu Erlenmeyer.
f. Menambahkan 5 ml larutan H2SO4 2 M
dan 10 ml larutan KI 0,5 M dan menutup mulut erlenmeyer dengan
kertas atau kaca arloji supaya I2 yang terbentuk tidak menguap.
Warna larutan akan kuning kecoklatan.
g.
Menitrasikan
campuran tersebut sampai pudar tapi warna tidak hilang. Menambahkan 2 tetes
indikator amilum kemudian menggoyang-goyangkan sampai berwarna biru.
h.
Melanjutkan
titrasi hingga warna biru tepat hilang.
i.
Mengulangi
titrasi sampai beberapa kali supaya data percobaan lebih valid.
F. Hasil
Percobaan
Masa
labu ukur (tanpa tutup) : 57,6 gr
Masa
labu ukur diisi pemutih 100 ml (tanpa tutup) : 167,7 gr
Masa
pemutih : 167,7 gr – 57,6 gr = 110,1 gr
Densitas
: massa/ volume = 110,1 gr/ 100 ml = 1,101 gr/ml
Volume
Na2S2O3
-mula-mula
= 35 ml
-saat larutan memudar =35,5 ml – 35 ml =
0,5 ml
-saat akhir titrasi = 37 ml – 35 ml = 2 ml
Tabel
pengamatan
Titrasi
ke
|
1
|
Volume
Na2S2O3 yang terpakai (ml)
|
2
ml
|
G. Analisis
Data
·
Cairan
pemutih harus diencerkan terlebih dahulu sebelum di titrasi agar perubahan yang
terjadi selama reaksi dapat diamati dengan baik. Selain itu, agar larutan tidak
membuat tangan menjadi gatal atau panas apabila terkena larutannya.
·
Asam
sulfat berfungsi untuk member suasana asam karena reaksi hanya terjadi jika suasana asam.
·
Larutan
KI yang ditambahkan harus dibuat berlebihan agar:
-
I2
yang bereaksi dengan Na2S2O3 sesuai yang diharapkan.
-
Sebagai
pereduksi analat
·
Kadar
NaClO dalam 100 cm3 larutan pemutih tersebut :
NaClO + 2 KI + H2SO4
→ NaCl + K2SO4 + I2 + H2O
I2
+ 2 Na2S2O3 → 2 NaI + Na2S4O6
Na2S2O3 = 2 ml x 0,1 = 0,2 mmol
I2 =
0,1 mmol
NaClO =
0,1 mmol dalam 10 ml larutan bayclin ke 2
=
1 mmol dalam 10 ml larutan bayclin ke 1
=
10 mmol dalam 5 ml bayclin
Massa
NaClO = mol x Mr NaClO
= 10 mmol x 74,5
=
745 mgr
=0,745 gr
Massa
Bayclin = ρ x v
=
1,101 gr/ ml x 5 ml
=
5,505 gr
Kadar
NaClO =gr/gr bayclean x 100%
= 0,745/5,505 x 100%
= 13,53 %
·
Perbedaan
kadar NaClO dari hasil perhitungan (13,53 %) dan label (5,25%.) dapat dimungkinkan karena
beberapa hal, antara lain:
-Kesalahan
paralaks saat melakukan pengamatan.
-Tidak
standartnya kandungan bahan yang digunakan.
-Tidak
sterilnya alat yang digunakan sehingga bahan lain dapat tercampur dengan bahan
yang digunakan.
-Hanya
adanya 1 data percobaan sehingga tidak dapat dibandingkan.
-
Suasana larutan yang dititrasi belum sepenuhnya asam sehingga titrasi tidak
berjalan secara optimum.
H. Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, kadar NaClO adalah 13,53 %
Sedangkan dalam label
5 %
Subscribe to:
Postingan (Atom)