Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin
Asyhaduala’ilaha’ilallah
wa asyhaduanna muhammadarrasulullah
Allahummasholialasayidinamuhammad
wa’ala ali sayidina muhammad
Saudaraku seiman dan
seperjuangan. Pernahkah kalian mendengar seseorang mengatakan “Insya Allah”?
Apa yang terpikir di benak kalian saat orang tersebut mengucapkan kata Insya
Allah. “Pasti bohong. Pasti nggak niat. Halah, mesti nggak datang.” Apa itu
yang sempat terlintas di benak kalian? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Mengapa
terjadi hal seperti itu?
Kata Insya Allah dulu dan
sekarang telah mengalami pergeseran makna. Walau seharusnya makna itu tidak
boleh berubah. Namun karena terjadi pergeseran budaya dan perilaku para pemakai
kata 'Insya Allah', seolah-olah makna itu bergeser. Padahal seharusnya, makna
kata itu akan tetap sama hingga dunia berakhir
Mari kita telisik. Kalau dahulu,
lebih-lebih di zaman Rasulullah, kata Insya Allah nyaris bermakna atau berarti
sebuah 'kepastian' kecuali Allah berkehendak lain. Artinya bahwa begitu seseorang
mengucapkan kata 'Insya Allah' dalam sebuah janji, maka itu adalah
suatu jaminan akan sebuah kepastian bahwa mereka akan menepati janji terkecuali
Allah berkehendak lain, barulah hal itu tidak bisa terealisasi.
Namun sekarang, orang begitu
gampang mengucapkan kata 'Insya Allah' sekalipun untuk sesuatu yang sebenarnya
sulit untuk ia lakukan bahkan sangat kecil kemungkinannya dapat ia penuhi. Tidak
sedikit pula orang yang mengucapkan kata itu dengan terbesit niat di dalam hati
untuk tidak merealisasikan ucapannya itu. Ucapan itu sengaja disampaikan sekedar
untuk pemanis atau sebagai penolakan secara halus untuk tidak
memenuhi janji tersebut. Mungkin karena pergeseran makna kata 'Insya Allah' yang
dianggap hanya tergantung sikon dan perasaan hati belaka, bukan tergantung pada
ketentuan Allah. Segampang itukah kita beralasan, kita tidak
tahu apakah kita sudah cukup berusaha atau tidak. Tanpa sengaja kita telah
menggunakan Allah sebagai tameng, kita gunakan Insya Allah sebagai alasan.
Na’udzubillah.
Apa makna dari kata insya Allah yang sebenarnya? Kata Insya Allah berarti penyerahan
dari diri kita kepada Allah akan hasil akhir dari segala usaha kita, karena
sekeras apapun dan secermat apapun usaha kita, tergantung kepada Allah yang menghendaki
atau tidak. Jadi selama kita tidak udzur (sakit, berpergian, dan kematian),
janji yang kita ucapkan dengan kata Insya Allah, adalah WAJIB untuk ditunaikan.
Salah satu contohnya jika ada yang berkata, "Besok saya akan
datang ke rumah kamu untuk membicarakan pekerjaan." Orang itu tidak
mempunyai jaminan kalau ia maupun orang yang dia beri janji akan tetap hidup
samapai besok. Kalaupun besok bisa pergi,
waktu dan tempatnya bisa berubah, mungkin juga orang itu tidak
berkemampuan (sakit, bepergian, dan lain-lain). Jadi, manusia tidak kuasa
menentukan, semua dikembalikan kepada yang mengaturnya, yaitu Allah.
Beberapa penduduk Mekkah datang ke
Nabi Muhammad saw. bertanya tentang ruh, kisah ashabul kahfi dan kisah
Dzulqarnain. Nabi menjawab, "Datanglah besok pagi kepadaku agar aku
ceritakan." Keesokan harinya wahyu tidak datang menemui Nabi, sehingga
Nabi gagal menjawab hal-hal yang ditanyakan. Tentu saja "kegagalan"
ini menjadi cemoohan kaum kafir.
(Sumber: Milist Daarut-Tauhiid)
(Sumber: Milist Daarut-Tauhiid)
Saat itulah turun ayat menegur Nabi,
"Dan jangan
sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu : 'Sesungguhnya aku akan
mengerjakan ini besok pagi, kecuali dengan menyebut (Insya Allah).' Dan
ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah : 'Mudah-mudahan Tuhanku
akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada
ini.'."
(QS. Al-Kahfi : 23-24).
Dari kisah di atas kita tahu
bahkan Nabi pun mendapat teguran ketika alpa mengucapkan insya Allah. Lalu,
apakah kita hanya akan selalu menjadikan Insya Allah sebagai tameng untuk tidak
memenuhi janji? Kawanku yang ku cinta, Mari kita rubah pandangan dan pemikiran
ini agar makna Insya Allah yang sebenarnya dapat kembali! Semua kebenaran hanya
milik Allah dan apabila ada kesalahan saya minta maaf karena kesalahan itu
berasal dari diri saya sendiri sebagai seorang manusia.
Akhirulkalam. Wabillahitaufik wal
hidayah. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
0 komentar:
Posting Komentar