Kamis, 14 April 2011~diambil dari blog lama yang sudah usang ._.
Benarkah dia ada di rumahku?
Dua hari yang lalu aku pindah ke rumah ini. Ya, rumah yang cukup luas dengan halaman yang penuh dengan pepohonan indah.
“Dor!!!!” sepupuku ,Aris, membuyarkan lamunanku.
“Hey, apa-apaan sih!” sontak aku menjawab.
“Sore-sore bengong sendiri. Ntar ada hantu lewat ati-ati Lo! Maen petak umpet yuk mbak?” kata Aris lagi.
Memang sih dia lebih tua 3 tahun dari aku, tapi dalam urutan keluarga, aku lebih tua dari dia.
“Yuk. Hehehe.. ntar kalo ada apa-apa kan kamu nolongin. Hahaha….Eh, mbak Puja mana, Ris?” ujarku.
“Ehm… bentar tak panggilin. Kayaknya tadi di kamar tuh.” Aris berlari menuju kamar mbak Puja.
Memang untuk beberapa hari ini mereka menginap dirumahku.Hobi kami waktu sore kayak gini ya main petak umpet. Selain karena rumahku luas dan ruangannya cukup banyak. Permainan ini seru banget and menegangkan haha..
“Ya.. ya… aku beresin ini dulu ya cint!” terdengar suara mbak Puja.
Aku kelas 7SMP dan mereka kelas 10SMA. Mungkin karena jarak usia yang tak terlampau jauh itulah kami jadi akrab sekali. Setelah kami hompimpa ternyata mbak Puja dapet bagian jaga.
“Aku hitung sampai sepuluh ya..! satu dua tiga empat lima……….”
Aris sembunyi di kamar mandi, sedangkan aku di dalam lemari. Aku berkata dalam hati semoga mbak Puja tak menemukanku.
“Udah belum hun….? Siap nggak siap aku cari…..”
Mbak Puja menemukan Aris. Sedangkan aku tak tertangkap. Kami bermain hingga sangat sore. Malamnya kami tertidur pulas karena kecapekan. Sore di hari berikutnya keluargaku mengadakan syukuran. Banyak anak-anak tatengga yang dating. Aku berkumpul dengan anak sebayaku.
“Ve, kamu tahu nggak dirumahmu ada tokek putih? Banyak banget yang udah pernah liat, katanya matanya merah Lho.” Tiba-tiba Nila,tetanggaku, bertanya hal yang menurutku sangat aneh.
“Eng…. Gtw tuch. Lucu dong tokek putih bermata merah? Di pelihara cucok Bo..” jawabku sedikit bercanda.
“Di pelihara? Mbak aneh-aneh aja. Kalo digigit mau? Hewan aneh gitu.” Tika, adik Nila, nyeletuk menanggapi jawabanku.
“Biasa kali. Rumah baru, dicat baru, mungkin tokeknya renang di cat, terus matanya iritasi kena cat.” Jawabku dengan senyum kuda (iiihihihikkk)
“Aku jelasin ya adek-adek. Tokek kecil alias anak tokek warnanya putih. Jadi biasa tuh tokeknya.” Mbak Puja menjawab dengan gaya sotoynya. Ilmiah udah jadi bagian hidupnya. Mbak Puja… Mbak Puja…
“Hohoy, disini kayaknya aku yang paling cantik ya? Emang nggak ada anak cowok di desa ini?” Aris bersungut-sungut merasa diacuhkan.
“Yang cowokya pada kumpul sama cowok. Di halaman Ris.” Jawab Nila.
“Oke, Thankz ya Nil.” Senyum tebar pesona memancar dari wajah Aris. Lalu dia berlari meninbggalkan kami.
“Main petak umpet aja yuk!” dengan riang aku keluarkan isi pikiranku.
“Yuk, aku panggil mas Aris sama yang cowok-cowok ya Mbak.” Tika bersemangat lari menuju halaman. Saking semangatnya sampai-sampai dia terjatuh. Setelah semua anak berkumpul tiba-tiba…
“Aku nggak ikut ya.” Tumben mbak Puja nggak bersemangat main petak umpet. Biasanya dia yang paling semangat.
“Yaudah deh mbak. Ayo hompimpa!” aku meninggalkan mbak Puja dengan rasa Tanya yang sangat besar sekali (hiperbol).
“Hom pim pa alaihum gambreng.”
“Ye… Venus jaga…!!!” kompak benar mereka saat berkata aku yang jaga.
“Oke… aku hitung ya… satu dua tiga ……”
Setelah semua sembunyi, aku mulai mencari, aku melihat seseorang berlari. Dia berbaju kuning. Cowok. Aris, haha pasti dia, aku semangat sekali mengejarnya. Dia naik tangga menuju ke lantai atas. Cepat sekali dia lari. Lari tercepat untuk rekornya.
“Aris.. Aris… keluaro! Aku tahu lho kalo kamu lari kesini..”
Hening. Dasar anak itu. Pengen nakutin aku apa ya. Aku mencari di dalam lemari. Tidak ada. Di balik pintu. Tidak ada. Di kolong kasur. Tidak ada. Di dalam laci. Jelas lah tidak ada, begonya aku, walaupun dia kurus tak mungkin dia muat disitu. Aha… kurang satu tempat yang belum aku cari. Di bawah meja.
Deg-degan perasaanku. Antara takut dan penasaran dimana dia sembunyi. Ya “takut”, karena suasana yang dingin dan hening. Dan entah ‘mengapa’ aku sempat berfikir ‘sepi sekali disini, seperti aku memasuki dunia lain saja’.
“Dor!!!” aku sengaja mau mengagetkannya. Waw, hasilnya…’kosong’.
Tiba-tiba rasa takut kembali menyergap. Hanya ada satu tangga menuju ke ruang atas dan itulah satu-satunya jalan kalau Aris kembali ke bawah. Jelas-jelas aku melihatnya naik. Akupun turun dengan perlahan meniti satu-persatu anak tangga. Jantungku berdegup sangat keras, keringat dingin menetes, dan bulu kudukku berdiri. Sungguh rasa dingin menyergap dari ujung kepala sampai kakiku.
Setelah sampai bawah aku mencari teman-temanku. Ternyata mereka semua bersembunyi di bawah. Tak terkecuali Aris. Tawa mereka membuatku lupa dengan kejadian tadi. Malamnya aku menceritakan kejadian itu pada Aris dan mbak Puja.
“Ahahahaha…” Aris tertawa keras seperti menyembunyikan sesuatu.
“Oh… jadi itu kamu! Dasar asemb, kecut,pait! Jahat banget sih Lo. Ninggalin aku sendiri. Kamu turun lewat mana sih sampai aku nggak tau!” ujarku kesal.
“Lewat mana aja bias. Hahaha… Beneran tho itu?”
Hadoah, ni orang aneh. Aku cerita panjang lebar dikira bohong? Jelas-jelas wajahku serius.(mungkin wajahku terlalu imut dan menggemaskan)
Aku jadi inget ada yang dari tadi diem…
“Mbak Puja! Kok diem aja?”
“Ehm, hehe.. nggak apa-apa kok Ve.” Mbak Puja tersenyum manis seperti biasa.
“Hey kamu tadi beneran nggak sih ceritanya?” ternyata Aris benar-benar meragukan ceritaku.
“Kamu ngerjain aku kaya gitu kok malah bilang aku bercanda! Mau bilang itu hantu nyamar jadi kamu ya!” aku cemberut.
“Beneran? Yakin? Pasti? Really?” dia tersenyum aneh dan aku mengangguk.
“Jujur aku nggak ke atas waktu itu. Aku aja sembunyi ma Puja.” Jawaban Aris membuat ku terdiam. Tiba-tiba rasa takut menyelimuti kami.
“Udah ah… aku ngantuk. Bobok aja yuk!” aku berniat melupakan kejadian itu selamanya.
Beberapa hari berlalu setelah kejadian itu. Saat mbak Puja bercerita padaku di Alun-alun kota.
“Venus, sebenernya aku juga ngalamin kejadian itu. Seminggu yang lalu itu lho..”
“Apa mbak? Aku lupa nih.” Jawabku jujur.
“Itu lho. Waktu kamu lihat sosok mirip Aris di rumahmu.” Mbak Puja menjawab dengan wajah sebalnya. “Tapi yang aku liat waktu dia nyamar jadi kamu. Untung waktu itu aku liat Aris. Jadi aku nggak sampai naik ke atas”
Seketika kejadian itu bagai diputar ulang di otakku. Rasa dingin pun menjalari tubuhku. Benarkah dia ada di rumahku? Benarkah dia ada? Pertanyaan itu muncul begitu saja di kepalaku. Sampai sekarang aku tak pernah melihatnya lagi. Walau terkadang rasa singin itu terasa begitu saja saat aku di lantai atas. Walau terkadang bayangan-bayangan itu berkelebat.
Kamis, 02 Januari 2014
Cerita misteriku :-D
Diposting oleh Venus di 09.26
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar