Kamis, 02 Januari 2014

tugas cerpen bahasa indonesia

tugas jaman kelas 3 SMA nih kayaknya


Istana Emas Seorang Pemuda
Dinginnya malam menusuk tulang seorang pemuda yang sedang menatap beribu-ribu bintang di langit. Pemuda yang bernama Rahmat itu duduk termangu dan berandai-andai. Dia berpikir, “ Andaikan aku seorang pengusaha kaya, akan kudirikan sebuah istana emas untuk keluargaku, orang tuaku, dan semua orang yang membantuku menjadi kaya. Akan ku ajak mereka hidup di bawah atap istanaku yang megah.”
Rahmat terus berandai-andai hingga tanpa dia sadari, pagi telah menyapanya dengan adzan subuh yang memanggil agar sholat didirikan.
“Kak.. Kak Rahmat. Sudah adzan, kak. Ayo sholat berjama’ah,” Rani yang sedari tadi membantu ibunya menyiapkan sarapan di dapur, mengetuk dan memanggil sang kakak.
“Iya, Ran,” Rahmat berdiri dengan terhuyung untuk mengambil air wudhu. Setelah sholat ia sarapan, mandi dan berangkat ke tempat kerja seperti biasa.
            Di kantor, dia masih saja berkhayal tentang istana emas. Mimpinya tentang istana emas terus menyita pikirannya. Entah mengapa, seperti ada ikatan dengan istana emas itu. “Apakah aku seorang pangeran yang dilahirkan kembali menjadi seorang pemuda sederhana ya?” pikir si Rahmat dengan serius. “Mungkin aku akan menemukan cinta sejatiku yaitu seorang putri cantik sehingga aku akan mendapatkan istana emas seperti dalam mimpiku,” angan-angan Rahmat melambung dan melayang.
“Mat, kau dipanggil Pak Bejo tuh! Sepertinya mau dapat komisi atau proyek baru” Joko tiba-tiba mendatanginya dengan wajah berbinar-binar.
“Yang benar saja? Kemarin aku baru saja kena marah karena pekerjaan yang ku selesaikan tidak sesuai dengan keinginannya. Mana mungkin dia akan memberikan hadiah atau sesuatu yang baik?” Rahmat tidak meyakini ucapan rekan kerja yang satu rasa satu jiwa itu.
“Kali ini kamu harus percaya, Mat,” Joko meyakinkan kawannya untuk berbaik sangka kepada bos yang terkenal sangat kaku ini. Sebenarnya dia mendengar bahwa pekerjaan yang tidak sesuai dengan kehendak si bos itu cocok dengan para petinggi dan pejabat di perusahaan pusat. Maka dari itulah dia percaya bahwa rahmat akan mendapat hadiah atas pekerjaannya itu.
“Oke oke. Aku akan menemuinya,” sahut Rahmat dengan sedikit rasa malas dan rasa ragu yang menggelayuti dadanya.
            Di setiap langkahnya menuju ruangan Pak Bejo, dia merasakan degup jantung yang semakin cepat. Tangannya mulai terasa dingin dan bayangan pemecatan bagaikan muncul di depan matanya begitu saja. Tapi dia teringat bahwa dialah karyawan paling rajin dan selalu menaati aturan. Dia tak pernah menyelewengkan pekerjaannya dan menjaga amanah dengan baik. Saat dia tiba di depan ruangan Pak Bejo, dia menerik napas panjang dan mulai mengetuk.
“Tok, tok, tok,” suara ketukan Rahmat pada pintu kayu yang berukir indah itu.
“Ya, masuk,” sahut Pak Bejo.
“Ada apa pak memanggil saya? Ada yang bisa saya bantu,” ujar Rahmat dengan sopan. Walaupun ia mencoba menutupi kekacauan perasaannya tapi deburan rasa tak tenang masih menerjang hatinya.
“Mulai hari ini, anda tak perlu datang ke kantor lagi. Ini ada sangu dari kantor dan silahkan bereskan barang-barang anda,” tanpa sangka dan duga, Pak Bejo memecatnya begitu saja hanya dengan alasan pekerjaan yang tidak sesuai dengan pemikiran dan keinginan Pak Bejo. Sebenarnya Pak Bejo  melakukan semua ini karena dia merasa usul dari karyawannya berbahaya. Berbahaya untuk menggeser posisi anaknya yang sedang diusulkannya untuk naik menjadi kepala bagian dimana Rahmat dan anaknya bekerja. Apalagi setelah ide cemerlang Rahmat di akui oleh para petinggi dan pejabat di perusahaan pusat. Rahmat yang tak bisa berkutik menerima pemecatan itu.
Hari berikutnya, Rahmat mencari pekerjaan baru dengan begitu bersemangat. Ibu dan adiknya membutuhkannya untuk mencari uang. Mereka sedih saat mendengar penuturan Rahmat tentang pemecatannya. Walaupun begitu, mereka tetap mendukungnya untuk mencari pekerjaan baru.  Semua itu tidak membuat Rahmat tenang, tetap saja ada rasa mengganjal dalam hati pemuda itu, Ingin rasanya dia membalas dendam kepada Pak Bejo. Ingin dia beberkan semua rahasia perusahaan agar memudahkannya untuk mendapat posisi di perusahaan lain dan menghancurkan cabang perusahaan yang dipegang Pak Bejo. Tapi dia teringat pesan ayahnya sebelum meninggal, “Anakku, apapun yang terjadi bersikaplah jujur, amanah, pemaaf dan ramah. Jangan pernah sekalipun Kau tinggalkan sholat dan puasa. Saat menjadi orang sukses, jangan lupakan orang-orang yang pernah berjasa padamu. Jagalah adik dan ibumu.” Tanpa terasa air matanya menetes mengingat sang Ayah yang dia cintai.
“Saya ingin melamar  pekerjaan disini. Adakah lowongan? Walaupun sebagai cleaning service tidak apa-apa, ” melihat raut muka bersungguh-sungguh dari Rahmat, seseorang yang diajaknya berbicara itupun memberikannya pekerjaan sebagai staf di bidang public relation. Kesungguhan Rahmat dalam bekerja membuat karir di perusahaan itu sangat melejit. Keramahan dan kerendah hatiannya tak membuat teman-temannya iri melainkan senang dan memberinya ucapan selamat. Akhirnya kesuksesan itu dia genggam. Mimpi-mimpinya tentang istana emas pun mulai terwujud. Bukan istana emas dalam bentuk nyata tetapi kehidupan seperti dalam istana emas dimana dia bisa membahagiakan dan berbagi dengan semua orang yang dia sayangi. Keluarga kecil barunya, orang tuanya, dan semua orang yang membantunya menjadi kaya. Keluarga kecil barunya ia dapatkan dari seseorang yang diajaknya berbicara dan memberikannya pekerjaan di perusahaan itu, direktur dari perusahaan itu, yang melihat kesungguhan dan keuletan Rahmat serta tanggung jawabnya selama ia bekerja. Kesungguhan dan bakat Rahmat terlihat di tempat lain yang lebih menghargainya walaupun dia sudah disia-siakan di perusahaan lamanya. Kesungguhan dan pantang menyerahnya yang membantu dia mencapai semua itu.

0 komentar:

Posting Komentar