tugas jaman kelas 3 SMA nih kayaknya
Istana Emas
Seorang Pemuda
Dinginnya malam menusuk tulang seorang pemuda yang
sedang menatap beribu-ribu bintang di langit. Pemuda yang bernama Rahmat itu
duduk termangu dan berandai-andai. Dia berpikir, “ Andaikan aku seorang
pengusaha kaya, akan kudirikan sebuah istana emas untuk keluargaku, orang
tuaku, dan semua orang yang membantuku menjadi kaya. Akan ku ajak mereka hidup
di bawah atap istanaku yang megah.”
Rahmat terus
berandai-andai hingga tanpa dia sadari, pagi telah menyapanya dengan adzan subuh
yang memanggil agar sholat didirikan.
“Kak.. Kak Rahmat. Sudah adzan,
kak. Ayo sholat berjama’ah,” Rani yang sedari tadi membantu ibunya menyiapkan
sarapan di dapur, mengetuk dan memanggil sang kakak.
“Iya,
Ran,” Rahmat berdiri dengan terhuyung untuk mengambil air wudhu. Setelah sholat
ia sarapan, mandi dan berangkat ke tempat kerja seperti biasa.
Di kantor, dia masih saja berkhayal
tentang istana emas. Mimpinya tentang istana emas terus menyita pikirannya.
Entah mengapa, seperti ada ikatan dengan istana emas itu. “Apakah aku seorang
pangeran yang dilahirkan kembali menjadi seorang pemuda sederhana ya?” pikir si
Rahmat dengan serius. “Mungkin aku akan menemukan cinta sejatiku yaitu seorang putri
cantik sehingga aku akan mendapatkan istana emas seperti dalam mimpiku,”
angan-angan Rahmat melambung dan melayang.
“Mat,
kau dipanggil Pak Bejo tuh! Sepertinya mau dapat komisi atau proyek baru” Joko
tiba-tiba mendatanginya dengan wajah berbinar-binar.
“Yang
benar saja? Kemarin aku baru saja kena marah karena pekerjaan yang ku
selesaikan tidak sesuai dengan keinginannya. Mana mungkin dia akan memberikan
hadiah atau sesuatu yang baik?” Rahmat tidak meyakini ucapan rekan kerja yang
satu rasa satu jiwa itu.
“Kali
ini kamu harus percaya, Mat,” Joko meyakinkan kawannya untuk berbaik sangka
kepada bos yang terkenal sangat kaku ini. Sebenarnya dia mendengar bahwa
pekerjaan yang tidak sesuai dengan kehendak si bos itu cocok dengan para
petinggi dan pejabat di perusahaan pusat. Maka dari itulah dia percaya bahwa rahmat
akan mendapat hadiah atas pekerjaannya itu.
“Oke
oke. Aku akan menemuinya,” sahut Rahmat dengan sedikit rasa malas dan rasa ragu
yang menggelayuti dadanya.
Di setiap langkahnya menuju ruangan
Pak Bejo, dia merasakan degup jantung yang semakin cepat. Tangannya mulai
terasa dingin dan bayangan pemecatan bagaikan muncul di depan matanya begitu
saja. Tapi dia teringat bahwa dialah karyawan paling rajin dan selalu menaati
aturan. Dia tak pernah menyelewengkan pekerjaannya dan menjaga amanah dengan
baik. Saat dia tiba di depan ruangan Pak Bejo, dia menerik napas panjang dan
mulai mengetuk.
“Tok,
tok, tok,” suara ketukan Rahmat pada pintu kayu yang berukir indah itu.
“Ya,
masuk,” sahut Pak Bejo.
“Ada
apa pak memanggil saya? Ada yang bisa saya bantu,” ujar Rahmat dengan sopan.
Walaupun ia mencoba menutupi kekacauan perasaannya tapi deburan rasa tak tenang
masih menerjang hatinya.
“Mulai
hari ini, anda tak perlu datang ke kantor lagi. Ini ada sangu dari kantor dan
silahkan bereskan barang-barang anda,” tanpa sangka dan duga, Pak Bejo
memecatnya begitu saja hanya dengan alasan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
pemikiran dan keinginan Pak Bejo. Sebenarnya Pak Bejo melakukan semua ini karena dia merasa usul
dari karyawannya berbahaya. Berbahaya untuk menggeser posisi anaknya yang
sedang diusulkannya untuk naik menjadi kepala bagian dimana Rahmat dan anaknya
bekerja. Apalagi setelah ide cemerlang Rahmat di akui oleh para petinggi dan
pejabat di perusahaan pusat. Rahmat yang tak bisa berkutik menerima pemecatan
itu.
Hari berikutnya, Rahmat mencari pekerjaan baru
dengan begitu bersemangat. Ibu dan adiknya membutuhkannya untuk mencari uang.
Mereka sedih saat mendengar penuturan Rahmat tentang pemecatannya. Walaupun
begitu, mereka tetap mendukungnya untuk mencari pekerjaan baru. Semua itu tidak membuat Rahmat tenang, tetap
saja ada rasa mengganjal dalam hati pemuda itu, Ingin rasanya dia membalas
dendam kepada Pak Bejo. Ingin dia beberkan semua rahasia perusahaan agar
memudahkannya untuk mendapat posisi di perusahaan lain dan menghancurkan cabang
perusahaan yang dipegang Pak Bejo. Tapi dia teringat pesan ayahnya sebelum
meninggal, “Anakku, apapun yang terjadi bersikaplah jujur, amanah, pemaaf dan
ramah. Jangan pernah sekalipun Kau tinggalkan sholat dan puasa. Saat menjadi
orang sukses, jangan lupakan orang-orang yang pernah berjasa padamu. Jagalah
adik dan ibumu.” Tanpa terasa air matanya menetes mengingat sang Ayah yang dia
cintai.
“Saya ingin melamar
pekerjaan disini. Adakah lowongan? Walaupun sebagai cleaning service tidak
apa-apa, ” melihat raut muka bersungguh-sungguh dari Rahmat, seseorang yang
diajaknya berbicara itupun memberikannya pekerjaan sebagai staf di bidang public relation. Kesungguhan Rahmat
dalam bekerja membuat karir di perusahaan itu sangat melejit. Keramahan dan
kerendah hatiannya tak membuat teman-temannya iri melainkan senang dan
memberinya ucapan selamat. Akhirnya kesuksesan itu dia genggam. Mimpi-mimpinya
tentang istana emas pun mulai terwujud. Bukan istana emas dalam bentuk nyata
tetapi kehidupan seperti dalam istana emas dimana dia bisa membahagiakan dan
berbagi dengan semua orang yang dia sayangi. Keluarga kecil barunya, orang
tuanya, dan semua orang yang membantunya menjadi kaya. Keluarga kecil barunya
ia dapatkan dari seseorang yang diajaknya berbicara dan memberikannya pekerjaan
di perusahaan itu, direktur dari perusahaan itu, yang melihat kesungguhan dan
keuletan Rahmat serta tanggung jawabnya selama ia bekerja. Kesungguhan dan
bakat Rahmat terlihat di tempat lain yang lebih menghargainya walaupun dia
sudah disia-siakan di perusahaan lamanya. Kesungguhan dan pantang menyerahnya
yang membantu dia mencapai semua itu.
0 komentar:
Posting Komentar