Minggu, 01 Oktober 2017

Melukis Indahnya Istiqomah dalam Bingkai Kokohnya Fitroh (1)


“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. At-Tirmidzi no. 2681)

Kajian Jelajah Hati
Tazkiyatun Nafs: Menyusun Kembali Serpihan Puzzle Kehidupan yang Masih Terserak
Sabtu, 30 September  2017
Pukul 16.00 - 17.30 WIB
di Aula PPMi Darush Shalihat. Jl. Pandega Marta, Pogung Baru blok F77, Sinduadi, Mlati, Sleman, YK.
Ustadz Syatori Abdur Rauf

Melukis Indahnya Istiqomah dalam Bingkai Kokohnya Fitroh

*MERENCANAKAN: porsi yang besar sebelum melukis, sama seperti merencanakan hidup.

Hidup direncanakan agar hidup tak berujung akhir penyesalan, penyesalan biasanya di akhir. Kalau di awal namanya pendaftaran.

*YAQIN
Melukis membutuhkan Yaqin. Hidup jauh lebih membutuhkan yaqin karena tanpa yaqin hidupnya akan menjadi tidak bermakna dan tidak berarti.

Keyakinan adalah percaya dengan apa yang tidak kita lihat, dan upah dari keyakinan adalah melihat apa yang kita yakini atau minimal merasakan "kehadiran" yang kita yaqini. Hal itu menyebabkan ketika beribadah, seseorang merasakan kehadiran Alloh SWT ataupun dilihat oleh Alloh SWT.

Banyak orang yang menjadikan alasan bahwa ia tidak yaqin karena belum melihat padahal yakin adalah rasa percaya atas sesuatu yang belum kita lihat.

Keyakinan bahwa Alloh SWT ada menjadikan kita merasa tenang walaupun dalam kondisi susah. Cara agar kita bisa yaqin adalah dengan KEMAUAN. Keyakinan yang paling sederhana adalah menerima keyakinan itu sendiri.

Tidak ada sesuatu yang sulit bagi Alloh SWT. Kun fa yaa kun. Jika Alloh SWT menghendaki maka akan terjadi.

Yaqin diikuti dengan amal. Yaqin tanpa melakukan amal sama seperti menipu diri sendiri. Wujud yaqin yanh paling minimal adalah Husnudh dhan kepada Alloh SWT.

Jika manis, Allah mengajarku erti syukur. Jika pahit, Allah mengajar ku erti sabar. Jika dikecewakan, aku sedang belajar hakikat tawakal. Bila cemas, Allah mengajar ku erti raja’ (mengharap). Jika sedikit, Allah mengajar ku erti qanaah (berpada-pada). Ya Allah, lepaskan hati kami dari asbab-asbab ini, agar kami bebas dan tenang berpaut pada ‘musabbabil asbab’ (Penyebab segala sebab)-wajah-Mu ya Allah.

Ustadz Pahroi Mohd Juo

Pada dasarnya, kita tidak boleh mengecewakan orang lain. Orang yang mengecewakan kita adalah orang yang dihadirkan sebagai kebaikan bagi kita karena kita menjadi objek kebaikan itu.

Tidak ada sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, kecuali membutuhkan yaqin ke Alloh SWT.

Siapa yang hidup tanpa yaqin ke Alloh SWT, ia pasti akan dimangsa oleh hidupnya sendiri. Terkadang orang seperti sulit mendapatkan jodoh karena faktor utamanya belum yaqin "apakah saya bisa hidup bahagia dengan dia? apakah saya cocok dengan dia?" Seperti apapun pasangan, pasangan adalah sumber kebahagiaan.

Orang susah jika yaqin akan merasa ringan karena yaqin bahwa
-Alloh SWT memberikan kesusahan karena merencanakan orang itu menjadi pribadi yang besar
-ada orang lain yang mendapatkan kesusahan yang lebih susah

Hidup tanpa yaqin hanya akan membuat apapun menjadi sumber masalah bahkan keburukan yang melilit hidup manusia.

Yaqin membutuhkan: Rahmat Alloh SWT
Sehingga usaha untuk mendapatkan yaqin adalah usaha untuk mendapat Rahmat Alloh SWT karena hanya dengan Rahmat Alloh SWT seseorang menjadi yaqin. Rahmat Alloh SWT adalah kasih sayang Alloh yang membuat kita teraliri 3 kebaikan, dan yang pertama adalah lembutnya hati.

LEMBUTNYA HATI, layyinulqolbi
QS Ali Imran 159:
"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."
Dengan hati yang lembut manusia akan kembali ke tabiat asli hidupnya yaitu menerima.

QS Thaha: 55
"Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain."
Tanah memiliki watak menerima.
Manusia yang tidak mau menerima adalah manusia yang lupa bahwa dirinya adalah manusia.

Kondisi yang mentok adalah tanda ketika Alloh SWT akan mendatangkan pertolongan.

Part 2
http://dafvier.blogspot.com/2017/10/melukis-indahnya-istiqomah-dalam_7.html

0 komentar:

Posting Komentar